Menjadi orang muslim di Indonesia perlu ekstra hati-hati sekarang ini. Pasalnya bukan karena masalah perundang-undangan di negeri ini, tetapi karena banyaknya promosi “kebencian” dan ketidaksiapan menghadapi berbagai macam perbedaan, menyebabkan kaum minoritas satu aqidah mengalami intimidasi dan penekanan. Itulah yang dirasakan oleh kaum Ahmadiyah dan kini giliran kaum syiah Indoensia di Madura. Mereka siap hengkang dari Madura, karena mendapatkan berbagai tekanan.
Syiah Madura, memiliki Ikatan Jamaah Ahlil Bait Indonesia (IJABI). Kegiatannya dipusatkan di daerahy Karang Gayam, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Madura.
Awalnya, seorang ketuanya diamankankarena ada rencana ribuan orang yang berasal dari enam desa siap menyerang kediaman pemimpin Syiah di sana. Tajul Muluk yang rumahnya dijadikan pusat kegiatan jamaah yang selama ini lancar-lancar saja, kini berjalan seperti biasanya.
Kini aktivitas Majelis ta’limnya berjalan seperti biasanya. Ada sekolah, shalat berjamaah dan juga aktivitas keagamaan seperti pengajian. Dengan diamankannya sang ketua, kini tidak tampak lagi adanya ketegangan antara masyarakat sekitar dan penghuni kompleks IJABI.
Menurut catatan Kompas, saat wartawan menghubungi Tajul Muluk via telepon selulernya, pada Rabu (13/4/2011), mengatakan kalau kegiatannya itu sama sekali tidak melanggar undang-undang.
Alasan warga masyarakat kenapa ingin membubarkan Syiah, adalah sebagai berikut:
- Sesat. Seperti juga Ahmadiyah, Syiah dianggap sesat. Warga masyarakat di sana senantiasa diberikan pemahaman bahwa Syiah itu adalah ajaran sesat dan harus dihilangkan.
- Tajul Muluk dan jamaahnya yang berjumlah seratus orang, diultimatum oleh Badan Silaturrahim Ulama Madura (Basra) agar dirinya bersama lebih dari 100 jemaahnya segera hengkang dari Sampang.
“Kami tidak keberatan untuk hengkang demi mempertahankan keyakinan kami, asalkan pemerintah juga mau bertanggung jawab,” terang Tajul.
Begitu juga, Alimullah (19), penanggung jawab kegiatan di kompleks IJABI, siap pergi bersama gurunya ke mana pun pergi. Bahkan, santri-santrinya juga akan dibawa serta. ”Ke mana pun ustaz pergi, kami akan selalu mengikutinya,” katanya. Namun, Tajul berharap itu tidak terjadi. Dirinya menginginkan duduk bersama untuk mencarikan solusi yang terbaik.
“Saya masih percaya ada solusi jika semua pihak, termasuk keamanan, mau membuka dialog,” terangnya.
Sudah mafhum bahwa Syiah sebagai aliran dalam Islam, sudah diketahui sejak lama dan berkembang seperti juga Ahmadiyah. Namun mereka tetap menjadi minoritas.
Dan sepeninggal tokoh besar Indonesia dari Nahdlatul Ulama, almarhum KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) adalah salah satu pendekar demokrasi gigih membela hak keberagamaan mereka. Sayangnay beliau telah wafat, dan kini penggantinya belum ada yang berani tampil membela kaum minoritas.. Masya Allah, Ya Rabb, lindungilah umat manusia di bumi ini dari pertumpahan darah.
1 komentar:
Sangat Menarik
Posting Komentar